
Ibu, Sosok Kartini Inspiratif
Hari kemarin adalah hari peringatan kelahiran seorang perempuan di awal abad 20 yang memiliki semangat belajar yang luar biasa, hingga di kenang dari zaman ke zaman sebagai inspirator. Yaitu RA Kartini, Hari kemarin kami juga merayakan selamatan seribu wafatnya ibu kami, Ny.Hj.Muttasingah. Beliau bagi kami adalah Kartini. Jiwa dan semangat belajarnya tidak pernah padam meski bahkan di usia senja. Kepeduliannya pada pendidikan, khususnya bagaimana perempuan mendapatkan pendidikan dan terangkat derajatnya melalui pendidikan memenuhi isi benak beliau disetiap waktunya.
Beliau, meski bahkan hanya mengenyam sekolah rakyat (SR) dan tidak permah mesantren secara khusus, tetapi di bawah bimbingan suaminya menjadi daiyah yang mengisi pojok- Pojok mimbar di berbagai daerah Cilacap Banyumas. Di rumah, beliau begitu telaten mengajarkan “ngaji” berbagai ilmu agama kepada pemudi desa. Tidak puas hanya membekali anak-anak belajar di surau, dengan modal semangat beliau menginisiasi berdirinya Madrasah Ibtidaiyah di desa kami. Meski tantangan dan cibiran datang, tak sedikitpun menggoyahkan tekadnya. Sesudah MI berdiri, beliau pula yang kmd menginisiasi berdirinya RA atau raudlatul Athfal. Menginisiasi bukan kata pendek. Ia adalah yang berhadapan dg birokrasi, memobilisir orang, menguatkan, memodali. Katakanlah biamwalihim waanfusihim wafikrihim.Setelah santrinya semakin banyak yang mengaji dan mondok. Beliau merasa perlu membekali santri dengan pendidikan lanjut. Waktu itu di Banyumas belum banyak pondok memiliki pendidikan formal, dan bisa di kata beliaulah pelopornya. Setelah Tingkat SLTP kemudian mendirikan SLTA baik MA maupu kejuruan atau SMK.
Di usia beliau yang sudah cukup lanjut, beliau prihatin dengan banyaknya santri tahfidz yang hanya lulus SLTA. dengan penuh gelora, beliau menginisiasi berdirinya PT yang di kala itu juga secara akal masih belum memungkinkan. Tapi semangatnyalah yang lagi-lagi mendobrak setiap kejumudan kondisi, sehingga terealisasi. Beliau adalah Kartini kami. Tentu perjuangannya tidak sendirian, ada doa restu dan suport full dari sang terkasih, ayah kami KH Zaini Ilyas. Semangat beliau mewujudkan pendidikan islam bagi santri2 dan masyarakat melampaui keadaan lingkungan kami yang serba terbatas. di semua level lembaga, di masanya di daerah kami belum banyak pesantren memulainya, ibu kami justru mewujudkannya. Yang kami kenang, adalah harapan beliau agar setiap anak2 santri meski dari keluarga tidak berada dapat merasakan pendidikan hingga PT. Harapannya, para santri pulang ke masyarakatnya lebih bermanfaat dengan bekal ilmu agama dan pendidikan formalnya.
Mimpinya tidak pernah putus, nafasnya adalah tentang pendidikan. Dan kami, masih jauh belajar agar bisa meneladaninya dengan istiqomah. Di serinu hari wafat beliau, kami merasakan betul kehadiran beliau. Dalam tetes berkah yang meliputi kami. Untuk KH Zaini Ilyas dan Ny Hj Mutasingah, Lahumal fatihah
Penulis Dr. Umniatul Labibab, M.Si, Al- Hafidzoh
Sumber